Kita hidup dalam negara berpancasila dengan sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, karena itu penting untuk mengetahui pengertian lembaga agama dan fungsinya. Berbagai lembaga tersebut berperan penting dalam mengatur aspek keagamaan di Indonesia.
Apalagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, agama memegang peran sentral sebagai panduan moral dan etika. Bahkan, kemerdekaan untuk beragama juga sudah terjamin oleh undang-undang.
Baca Juga : Mengenal 3 Agama Abraham yang Mungkin Belum Kalian Ketahui
Hal tersebut menciptakan landasan bagi berbagai kepercayaan di Indonesia untuk membentuk lembaganya sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk membimbing dan membentuk nilai-nilai serta norma dalam masyarakat sesuai kepercayaan agamanya.
Di Indonesia sendiri, terdapat 6 agama yang saat ini resmi mendapat pengakuan dari pihak pemerintah. Yaitu meliputi Islam, Kristen (Protestan), Katolik, Hindu, Budha, serta Konghucu, sehingga lembaganya juga berbeda-beda sesuai kepercayaan masing-masing.
5 Pengertian Lembaga Agama dan Ciri-cirinya
Kalian pasti sudah sering mendengar istilah ini, tetapi sebenarnya apa definisi dari istilah tersebut? Pada dasarnya, perkumpulan tidak hanya sekadar menjadi tempat ibadah atau ritual keagamaan saja.
Di buku “Kontribusi Lembaga-Lembaga Keagamaan dalam Pengembangan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia” karya Idris Ruslan pengertian lembaga agama sudah tercantum. Yaitu adalah organisasi kemasyarakatan yang dibentuk secara sukarela.
Pembentukannya terjadi berdasarkan kesamaan agama serta kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, ini bukan hanya tempat untuk beribadah, tetapi juga sebagai wadah yang terbentuk oleh masyarakat berkeyakinan serupa.
Pengertian lainnya tercantum dalam buku “Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat” karya Janu Murdiyatmoko. Menurut buku tersebut, ini adalah organisasi atau badan yang didirikan untuk mengatur, menjalankan, serta mempromosikan kegiatan keagamaan.
Dari segi hukum, pengertian lembaga agama sendiri lahir dari aktualisasi dari UUD 1945 Pasal 28. Pasal tersebut menegaskan tentang kemerdekaan berserikat dan berkumpul oleh setiap orang untuk melaksanakan ajaran agamanya.
Dalam konteks ini, organisasi beragama menjadi wujud dari kebebasan berserikat dan berkumpul kalian untuk menjalankan keyakinan dan praktik keagamaan masing-masing. Agar lebih memahami pengertiannya, berikut adalah ciri-ciri lengkapnya.
Merupakan Suatu Sistem Keyakinan
Dari pengertian menurut buku sesuai pengertian lembaga agama di atas, sangat jelas bahwa organisasi ini merupakan suatu sistem keyakinan tertentu. Yaitu sebagai wadah bagi para penganutnya dalam menjalankan keyakinan dan aktivitas keagamaan.
Perwujudan Suatu Keyakinan
Ciri kedua, ini merupakan perwujudan sesuatu yang menjadi keyakinan sebagai hal spiritual atau gaib. Dalam konteks ini, lembaganya tidak hanya mengajarkan, tetapi juga menjadi wadah ekspresi spiritual.
Menjadi Pendorong, Penggerak, dan Pengendali Perilaku
Selanjutnya, organisasi tersebut juga merupakan pihak yang berperan sebagai pendorong, penggerak, juga membantu pengendalian perilaku menyimpang di masyarakat. Sehingga, tercipta perilaku baik sesuai dengan norma maupun etika keagamaan tersebut.
Menyatukan Umat Beragama Sejenis
Ciri berikutnya sesuai pengertian lembaga agama sebelumnya, perkumpulan satu ini juga berperan menyatukan umat beragama dengan keyakinan serupa. Jadi, para anggotanya bisa saling berbagi ilmu maupun beribadah bersama sesuai kepercayaannya.
Memuliakan Umatnya Melalui Ajaran Beragama
Ciri terakhir adalah dari segi tujuan, yaitu untuk memuliakan umatnya melalui ajaran yang sudah menjadi ketetapan. Sehingga selain memberikan panduan moral, para anggotanya juga bisa meningkatkan martabat maupun kehormatan sebagai umat beragama.
Peran dan Fungsi Lembaga Keagamaan
Setelah memahami pengertian lembaga agama, selanjutnya pahami juga apa saja peran beserta fungsinya sebagai suatu organisasi spiritual. Menurut buku “Pengantar Ringkas Sosiologi” karya Elly M. Setiadi, fungsinya terbagi menjadi 2 kategori berikut ini:
Fungsi Nyata (Manifest)
Fungsi nyata berkaitan dengan segi-segi doktrin, ritual, dan aturan perilaku beragama. Lebih jauh lagi, lembaga keagamaan berperan membujuk untuk melaksanakan ritual keagamaan, menerapkan ajaran, dan menjalankan kegiatan yang telah diperintahkan suatu kepercayaan.
Fungsi Tersembunyi (Latent)
Sementara itu, fungsi tersembunyinya sesuai pengertian lembaga agama melibatkan aspek sosial. Contohnya seperti untuk bersosialisasi, meningkatkan mobilitas sosial, mendorong terciptanya stratifikasi sosial, bahkan mengembangkan nilai ekonomi.
Sebagai contoh, adanya sistem strata sosial dalam bentuk kekastaan pada kaum beragama Hindu menciptakan stratifikasi sosial yang menjadi fungsi tersembunyi. Contoh lain, organisasi kristen atau islam bisa menjadi sarana untuk anggotanya saling berkumpul.
Tidak berbeda jauh dengan pendapat Elly M. Setiadi, fungsi lainnya juga tercantum dalam buku “Sosiologi 3: Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat” dari Drs Taufiq Rohman Dhohiri, M.Si. Berdasarkan buku tersebut, tertulis bahwa beberapa fungsinya meliputi: