Berita tentang jembatan kaca maut di Banyumas beberapa waktu lalu memang mengejutkan masyarakat di Indonesia. Salah satu tempat wisata yang cukup terkenal ini ternyata menyisakan hal yang tragis dengan kematian salah satu pengunjung.
Baca juga: Pengaruh Perbedaan Waktu Indonesia dengan Korea Selatan
Jembatan kaca di kawasan The Geong Banyumas pecah dan membuat 4 orang wisatawan terjatuh, satu dari wisatawan tempat wisata tersebut meninggal dunia. Insiden ini terjadi pada 25 Oktober 2023, lebih tepatnya pukul 10.00 WIB.
Jembatan kaca yang sudah berusia 11 bulan tersebut dimiliki oleh Edi Suseno yang bekerja sama dengan koperasi Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Baturaden.
Kejadian tragis ini ternyata membuka serangkaian fakta-fakta menarik dan cukup membuat para pengunjung merasa merinding. Pemilik dari wahana dengan nama The Geong, Hutan Pinus Limpakuwus resmi dinyatakan sebagai tersangka, yaitu Edi Suseno (63).
7 Fakta Jembatan Kaca Maut di Banyumas
Kasus pecahnya jembatan kaca yang menewaskan seorang wisatawan tersebut menarik perhatian masyarakat luas. Hasil dari penyelidikan Tim Satreskrim Polresta Banyumas dan Tim Labfor Polda Jateng menunjukkan beberapa fakta mencengangkan dari tempat wisata jembatan kaca maut di Banyumas, seperti berikut:
Didesain Sendiri
Memberikan wahana wisata yang cukup menantang dan menarik perhatian masyarakat seperti jembatan kaca, tentu butuh persiapan yang matang ketika proses pembuatan. Namun sayangnya dengan adanya kasus jembatan kaca di Banyumas yang menewaskan salah satu wisatawan, terungkap bahwa jembatan kaca tersebut ternyata di desain sendiri oleh pemiliknya tanpa menggandeng tim ahli.
Hal ini diungkapkan oleh Kombes Edy Suranta Sitepu sebagai Kapolresta Banyumas. Menurut Edy, berdasarkan keterangan dari tersangka menyatakan bahwa jembatan kaca tersebut didesain sendiri.
Tidak Ada Kajian Keselamatan
Jembatan kaca maut di Banyumas ternyata juga dibuat tanpa ada kajian keselamatan. Jadi pemilik jembatan kaca tersebut dinyatakan lalai ketika membangun wisata jembatan kaca. Pihak Kapolresta menyatakan bahwa tidak ada Standard Operational Procedure atau SOP.
Tidak hanya itu tetapi juga sang pemilik tidak menggunakan kajian-kajian keselamatan ketika jembatan kaca dioperasionalkan atau menggunakan standar kelayakan.
Jembatan Dapat Bergelombang Akibat Getaran
Hal lain yang diungkapkan dalam fakta jembatan kaca maut di Banyumas ini adalah wisata tersebut dapat bergelombang dikarenakan getaran. Apabila dilihat dari foto udara, wahana tersebut seperti huruf T.
Dilihat dari sisi Utara menuju Selatan memiliki panjang sekitar 19 meter, sedangkan dari sisi Timur ke arah lingkarannya memiliki panjang 22 meter. Dari keterangan Edy, ada sejumlah pilar yang tinggi dan bentuknya berbeda-beda karena menyesuaikan medan.
Sedangkan hasil dari olah TKP menemukan adanya kanal C yang digabungkan di jembatan dan hal tersebut ternyata di las. Pada bagian yang di las ditemukan bagian tidak simetris, sehingga menjadi bergelombang. Ketika kaca ditempatkan di lokasi yang bergelombang tentu bisa mengakibatkan sebuah getaran.
Fakta menarik dari jembatan kaca maut di Banyumas ini menurut Labfor Polda, ketika bergelombang akan mengakibatkan getaran dan bisa menyebabkan kaca pecah.
Adanya Busa Peredam Getaran Mengeras
Ditemukan berbagai macam fakta unik dalam penyelidikan wisata jembatan kaca ini, salah satunya adalah busa peredam getaran ternyata sudah mengeras. Jadi pihak kepolisian menemukan busa yang biasanya digunakan untuk peredam getaran di bawah jembatan kaca tersebut ternyata tidak bekerja secara optimal.
Busa tersebut sudah mengalami pengerasan dan ditemukan karatan yang cukup banyak, serta debu yang menggumpal. Hal ini tentu saja membuat busa peredam getaran jadi tidak optimal untuk menahan getaran ketika dilewati oleh wisatawan jembatan kaca di Banyumas.
Menggunakan Kaca Bekas
Dari berbagai macam fakta di kasus jembatan kaca maut ini, salah satu yang membuat masyarakat merasa geram adalah proses pembuatan wahana yang satu ini ternyata menggunakan kaca bekas.
Dosen dari Fakultas Teknik Sipil Unsoed, Dr Nor Intang ST MT dilibatkan untuk melakukan proses penyelidikan. Hasilnya menyatakan bahwa jembatan kaca The Geong sudah menggunakan barang bekas.
Menurut Intang, kaca yang digunakan memang bekas. Hal ini diketahui adanya lubang seperti kaca bekas. Kemudian antara kaca satu dan yang lain juga ada terlihat bening maupun kusam.
Intang juga menjelaskan, sekalipun menggunakan kaca bekas belum tentu kualitasnya akan berkurang. Masalahnya penggunaan kaca dari jembatan ini sekitar 80% adalah barang bekas. Poin penting yang ditekankan adalah sifat kaca yang mudah pecah.
Tidak Menggunakan Kaca Laminated
Dari jembatan kaca maut di Banyumas bisa diketahui fakta menarik lainnya yaitu tidak menggunakan bahan kaca laminated. Dosen Intang Juga menambahkan bahwa penggunaan kaca bekas sebenarnya tidak bisa menjadikan patokan penyebab dari adanya kejadian tersebut. Hal yang paling penting adalah kualitas dari kaca yang perlu diperhatikan.
Yang menjadi masalah adalah seharusnya pihak pemilik tidak boleh jika menggunakan kaca yang bukan laminated. Ada standar Pekerjaan Umum, minimal adalah minasinya yaitu dua lapis. Sedangkan yang digunakan untuk wisata The Geong tidak ada lapisannya.