Mengenal Pengertian Inflasi, Penyebab, dan Dampaknya

Kata inflasi pasti sudah sering terdengar di telinga kita karena sering sekali orang–orang menyebut kenaikan bahan-bahan pokok karenanya. 

Baca juga : Pengertian, Jenis Koperasi serta Manfaatnya Jika Bergabung

Tidak heran, karena dalam ilmu ekonomi sendiri, ia disebut sebagai proses peningkatan harga secara umum dan berkelanjutan berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan berbagai faktor.

Selain itu, ia juga disebut sebagai proses menurunnya nilai mata uang yang berkelanjutan. Namun, untuk lebih jelasnya, kita bisa menyimak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Mengenal Apa Pengertian dari Inflasi?

Mengenal Apa Pengertian dari Inflasi?
Mengenal Apa Pengertian dari Inflasi?

Berdasarkan pengertian dari Bank Indonesia, inflasi adalah proses kenaikan harga secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu, tetapi hal ini tidak termasuk ke dalam tinggi-rendahnya tingkat harga.

Karena ketika terdapat suatu barang memiliki harga tinggi, hal tersebut tidak menunjukkan adanya inflasi. Indikatornya sendiri adalah adanya tingkat perubahan dan jangka waktu.

Maka, istilah tersebut lebih tepat digunakan untuk menjelaskan tingkat persediaan uang sehingga menyebabkan peningkatan harga. Cara pengukurannya sendiri ada banyak, tetapi yang paling populer ada 2, yaitu CPI dan GDP Deflator.

Bahkan, ia juga digolongkan menjadi empat bagian, mulai dari ringan, sedang, berat, hingga hiperinflasi. 

Dari keempatnya bisa diketahui dengan beberapa persentase, untuk yang ringan kenaikan harga masih di bawah 10% setahun, sedangkan untuk ukuran sedang berada di 10% sampai 30% setahun. 

Untuk kasus berat berada di 30% sampai 100% setahun, lalu hiperinflasi akan melebihi 100% setahun. Perubahan tersebut dihitung berdasarkan adanya perubahan beberapa indeks harga seperti

  1. IHK (Indeks Harga Konsumen) atau disebut juga dengan CPI (Consumer Price Index).
  2. COLI (Cost of Living Index) atau biaya hidup.
  3. IHP (Indeks Harga Konsumen) berupa harga rata–rata dari barang dan sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di tahun selanjutnya. 
  4. Indeks harga komoditas.
  5. Indeks harga barang modal.
  6. Deflator PDB digunakan untuk menunjukkan perubahan harga dari semua jenis barang, mulai yang baru, produksi lokal, jasa, hingga barang jadi.

Berikut Ini Penyebab Terjadinya Inflasi

Berikut Ini Penyebab Terjadinya Inflasi
Berikut Ini Penyebab Terjadinya Inflasi

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya inflasi, mulai dari kenaikan permintaan hingga biaya produksi. Untuk penyebab lebih rincinya, kalian bisa melihat penjelasannya berikut ini.

  1. Permintaan Meningkat

Penyebab pertama yang sering terlihat terjadinya inflasi adalah adanya peningkatan permintaan pada jenis barang atau jasa tertentu secara menyeluruh (agregat demand). Penyebabnya sendiri ada beberapa faktor seperti:

  • Peningkatan belanja pemerintah
  • Meningkatnya permintaan ekspor barang
  • Peningkatan permintaan barang bagi swasta
  1. Peningkatan Biaya Produksi

Cost Pull Inflation tersebut membuat biaya produksi menjadi meningkat karena adanya kenaikan harga bahan baku, mulai dari bahan bakar hingga peningkatan upah buruh.

  1. Peredaran Uang Tinggi

Penyebab ketiga adalah adanya tingkat peredaran uang di masyarakat lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Misalnya tingkat barang tetap sama, tetapi uang beredar 2 kali lebih banyak menyebabkan harga dapat meningkat 100%.

Berikut Ini Macam-Macam Inflasi

Berikut Ini Macam-Macam Inflasi
Berikut Ini Macam-Macam Inflasi

Ada beberapa golongan yang bisa dilihat dari inflasi ini, tetapi umumnya hanya dua saja, yaitu yang berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri.

Dari dalam negeri sendiri misalnya bisa berasal dari defisit anggaran belanja dan terpaksa dibiayai dengan cara mencetak uang baru, atau adanya kegagalan pasar sehingga harga bahan baku menjadi lebih mahal.

Lalu, dari luar negeri sendiri biasanya terjadi karena ada kenaikan harga dari barang impor. Tidak heran karena biaya produksi barang impor bisa jadi sedang meningkat atau bisa juga dari adanya kenaikan tarif dari barang impor. 

Namun, hal tersebut juga didasarkan pada cakupan pengaruh terhadap harga. Misalnya saja untuk kenaikan satu atau dua barang tertentu saja disebut sebagai Closed Inflation, sedangkan untuk kenaikan barang secara umum disebut dengan Open Inflation.

Untuk jenis lebih lengkapnya, kalian bisa melihat beberapa hal berikut ini.

  1. Ringan

Tipe kenaikan harga yang masih bisa dikendalikan sehingga belum begitu mengganggu proses perekonomian suatu negara. Lalu, kenaikan harga barang atau jasa secara umum sendiri berada di bawah 10% per tahun.

  1. Sedang

Tipe kedua ini cukup menurunkan tingkat kesejahteraan dari masyarakat berpenghasilan tetap, tetapi tidak terlalu membahayakan proses perekonomian karena peningkatannya sendiri berada di kisaran 10% sampai 30% per tahun.

  1. Tinggi

Tingkat ketiga ini bisa dibilang paling parah karena dapat mengakibatkan kenaikan harga sampai dengan 5 atau 6 kali lipat. Dengan begitu, masyarakat tidak lagi ingin menyimpan uang karena nilainya merosot tajam sehingga ingin segera membuatkannya. 

Namun, perputaran yang sangat cepat juga membuat harga lebih cepat melambung secara akselerasi.

Tingkat ketiga tersebut biasanya juga timbul dari defisitnya anggaran belanja pemerintah dan ditutupi dengan mencetak uang.

  1. Hyperinflation

Tingkat terakhir ini sudah sangat mengacaukan perekonomian suatu negara karena sudah sangat sulit dikendalikan melalui kebijakan moneter maupun fiskal. Karena tingkat kenaikannya bisa mencapai lebih dari 100% per tahun.

Namun, menurut sebabnya ada beberapa jenis inflation yang berbeda. Hal tersebut karena laju setiap negara dapat berbeda satu sama lain, bahkan di dalam suatu negara sendiri juga bisa berbeda.

Misalnya saja Demand-Pull Inflation yang dimulai dari kenaikan permintaan secara total (aggregate demand), sedangkan proses produksi berada di tingkat kesempatan kerja hampir atau telah penuh.

Keadaan kesempatan kerja yang penuh ini juga dapat meningkatkan harga produksi. Namun, akan berbeda ceritanya dengan Cost-Push Inflation yang ditandai dengan kenaikan harga, tetapi jumlah produksi menurun. Biasanya jenis kedua ini ditandai dengan adanya resesi.

Follow Primaradio.co.id untuk mendapatkan informasi teruptodate Disini