Legenda Kapal Van der Wijck, Kisah Kelam Jadi Buku dan Film

Jika mendengar kapal Van der Wijck, banyak orang mengira asalnya dari cerita fiksi. Terutama karena terdapat dalam karya Novel Buya Hamka pada 1938. Awalnya menjadi cerita bersambung majalah Pedoman Masyarakat.

Baca juga: Mengenal Kapal Selam KRI Alugoro-405 Untuk TNI Angkatan Laut

Tapi kemudian berubah menjadi buku dan Centrale Courant adalah pihak penerbitnya. Hal ini sukses terjadi setelah terkumpulnya oleh Syarkawi. Isinya sebagian besar mengenai Zainudin dan Hayati sebagai pasangan kekasih.

Tapi sayangnya cinta mereka terhalang oleh adat Minangkabau yang sangat kukuh. Adaptasinya sebagai film pada tahun 2013 cukup banyak menerima peminat. Apalagi setelah masyarakat mengetahui fakta, sejarah dan kebenaran ceritanya.

Buya Hamka sengaja menulis novel tersebut untuk mengkritik adat istiadat yang sangat ketat. Terutama karena melarang seseorang yang bukan orang minang sebagai keluarga. Tidak heran menciptakan kisah cinta yang menyakitkan.

Sejarah Panjang dari Kapal Van der Wijck

Sejarah Panjang dari Kapal Van der Wijck
Sejarah Panjang dari Kapal Van der Wijck

Kisah mengenai kapal bersejarah satu ini bukan fiksi karena benar-benar terjadi secara nyata. Dulunya milik maskapai Belanda yang cerita paling terkenal adalah tenggelam. Tepatnya pada tahun 1936 di Perairan Lamongan.

Asal Usul Penamaan

Penamaan kapal Van der Wijck dari Gubernur Jenderal Hindia dengan nama serupa. Beliau memerintah pada tahun 1839 sampai 1899. Bahtera ini sebenarnya terkenal karena menjadi kapal penumpang indah sekaligus mewah.

Wajar ada yang menyebut Titanic dari Indonesia. Panjangnya 97.5 m, lebar 13.4 m dengan tinggi 8.5 m. Apalagi terbagi sebagai tiga kelas yakni 60 penumpang, 34 penumpang dan 999 penumpang.

Buatan Tahun 1921

Kapal uap tersebut pemiliknya adalah Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). Pembuatnya yakni Maatschappij Fijenoord, Rotterdam pada 1921. Tentu melayani rute Hindia Belanda dan menjadi awal mula Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni).

Pastinya walaupun muncul pada masa penjajahan Belanda, tidak semuanya bernilai negatif. Apalagi terdapat manfaatnya pada masa sekarang karena membantu mengembangkan Pelni. Meskipun dulunya tidak semodern sekarang tapi tetap baik.

Penggunaan Kapal

Untuk penggunaan kapal Van der Wijck pada dasarnya untuk mengangkut penumpang. Saat tenggelam, bahtera tersebut nahkodanya adalah B.C. Akkerman. Dia sudah memiliki pengalaman sebagai nakhoda senior bahkan melebihi 25 tahun.

Selain manfaatnya saat menampung penumpang, banyak fungsi lainnya bisa kalian temukan. Misalnya sebagai pengangkut muatan kayu besi yang rencananya terbongkar di Tanjung Priok. Kemudian akan menuju Afrika setelah pembongkaran.

Lokasi Tenggelam di Pantai Brondong Lamongan

Kapal Van der Wijck tenggelam tepatnya 20 oktober 1936. Masalahnya pada perjalanan dari Bali menuju Semarang dengan persinggahan Surabaya. Ternyata membawa 150 ton besi dengan 5 kondensor 3 ton.

Pelayaran kapal mewah ini berakhir saat melewati Perairan Lamongan, Jawa Timur. Detailnya dari 12 mil Pantai Brondong, Lamongan. Pada masa tersebut terdapat dugaan apabila bahtera tersebut membawa banyak barang berharga.

Menurut catatan, setidaknya terdapat 153 penumpang berhasil selamat. Tapi sayangnya terdapat 42 penumpang tewas dengan 42 lainnya menghilang. Hal ini menurut laporan de Telegraaf dan sebenarnya tidak ada catatan pastinya.

Berdasarkan perkiraan 250 orang menjadi penumpangnya. Dalam catatan ada 187 penumpang pribumi dengan 39 warga eropa. Lalu kapten, 11 perwira, seorang steward dan telegrafis, 5 pembantu kapal dan 80 ABK.

Menurut kabar The Queenslander dari Australia ikut memberitakan kapal Van der Wijck. Koran tersebut menyebut kemiringan pada 64 km barat daya Surabaya. Pastinya setelah itu tidak otomatis langsung tenggelam.

Tapi yang terjadi adalah membutuhkan waktu 6 menit sampai tenggelam keseluruhan. Selain itu proses evakuasi yang terjadi melibatkan banyak pihak. Mulai dari nelayan, kapal angkatan Laut Belanda hingga pilot pesawat.

Saat operasi penyelamatan terjadi, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan 8 pesawat Dornier. Bahkan ada pasukan bantuan untuk mengevakuasi walau tidak semua selamat. Menurut surat kabar ini ada 75 penumpang yang menghilang.

Tenggelamnya Kapal Menyebabkan Pembangunan Monumen

Tenggelamnya kapal ini ternyata membuat para warna yang sebagian besar nelayan ikut membantu evakuasi. Bahkan mereka bekerja keras untuk menyelamatkan walau seadanya. Kemudian pemerintah Hindia Belanda memberikan rasa terima kasih.

Demi mengenang kapal Van der Wijck, monumen kokoh dalam kawasan pantai terbangun. Bentuknya mirip pos pemantau dengan tinggi 15 meter. Warnanya kuning dan biru dan punya dua prasasti didekatnya.

Prasasti pembuatannya dari plat besi dan tulisannya dari bahasa Belanda dan Indonesia. Letaknya dari jalan raya ternyata cukup dekat. Baik saat menuju pelabuhan TPI Brondong maupun kawasan Wisata Bahari Lamongan.

Karena memiliki sejarah yang cukup mencekam, menyebabkannya punya nuansa negatif. Hal ini terbukti karena banyak orang merasakan aura angket. Bahkan warna setempat tidak mau mencari ikan pada sekitar wilayah tersebut.

Beberapa tim eksplorasi sebenarnya sudah melakukan penelusuran disana. Tapi cukup terkejut setelah melihat fakta tempat tenggelamnya bahtera menyeramkan. Tidak banyak orang Lamongan yang berani datang atau berlama-lama.

Sebenarnya tidak salah melihat kapal Van der Wijck menimbulkan masalah aneh. Tentu tidak sedikit hal yang kurang menyenangkan terjadi. Tapi tidak semua orang percaya, terutama jika berasal dari luar Lamongan.

Follow Primaradio.co.id untuk mendapatkan informasi teruptodate Disini