Primaradio.co.id – Children Of Men bisa dibilang sebagai film distopia terbalik, di mana manusia sudah tidak dapat lagi bereproduksi menghasilkan keturunan. Film garapan Alfonso Cuaron ini mendapat respon positif dari para kritikus.
Baca Juga : Review Film Jailangkung 3 dengan Sensasi Horror Indonesia
Namun sayangnya film ini tidak sukses secara komersial, banyak orang kurang suka dengan ceritanya, sehingga cenderung terlupakan begitu saja. Padahal ceritanya bisa dibilang bagus dan berbeda dari lainnya.
Bagi kalian yang penasaran dengan jalan ceritanya, mengapa bisa tidak sukses namun mendapat respon positif dari kritikus, jangan khawatir. Kita akan bahas beberapa fakta menarik terkait film ini.
5 Fakta Menarik Children Of Men
Film buatan Alfonso Cuaron ini menyimpan beberapa fakta menarik yang menyebabkannya mendapat respon positif dari para kritikus. Berikut ini beberapa fakta menarik dari film ini, di antaranya:
Tema Berat yang Dikemas dengan Sangat Ringan
Children of Men ini mengangkat beberapa tema berat antara lain seperti teknologi korporasi xenophobia. Serta kerusakan lingkungan dan juga berbagai intrik politik, hasilnya ialah adanya paranoia massa.
Filmnya dibuka dengan adegan yang sangat mengerikan. Ada sebuah berita yang mengatakan bahwa Diego, seorang manusia termuda di dunia baru meninggal, padahal Diego merupakan harapan.
Sesudah adanya infertilitas di bumi kurang lebih selama 18 tahun. Dari beberapa tema yang diangkat dalam film Children of Men, xenophobia ini menjadi tema yang paling digaris bawahi.
Para imigran dalam film digambarkan mengalami hidup yang sangat menyedihkan, mereka dikurung di dalam sebuah kerangkeng. Jumlah orang yang ada di dalamnya juga lebih dari kapasitas.
Beberapa orang lainnya harus bersembunyi di sisa-sisa reruntuhan bangunan. Fishes ialah kelompok sayap kanan imigran, mereka berani memakai konfrontasi langsung dengan petugas. Namun pemerintah Britania sendiri justru menganggap tindakan Fishes.
Adalah sebagai bentuk terorisme, secara tidak langsung film ini juga mengangkat terkait ultranasionalisme dan juga fasisme. Keduanya diciptakan di atas rasa takut manusia, tema-tema berat yang diangkat dalam film ini.
Menariknya dikemas dengan sangat ringan. Bahkan kita tidak akan terbawa pikiran terlalu jauh saat menonton. Usaha Theo untuk bisa menyelamatkan dirinya dan juga Kee saja sudah sangat menegangkan.
Belum lagi beberapa penggalan cerita di dalam film ini, yang bertemakan permasalahan berat. Hanya saja, tema-tema tadi akan menjadi menarik disebabkan relevansinya dengan perkembangan zaman.
Memanfaatkan Detail-detail Kecil
Fakta menarik selanjutnya, Children of Men ini memanfaatkan detail-detail kecil untuk bisa menyampaikan petunjuk. Seperti liputan berita yang di televisi, tulisan di surat kabar hingga dialog.
Semua itu dipakai untuk menguatkan narasi di dalam plot, bahkan secara visual kekacauan dunia mampu ditampilkan dengan sangat maksimal. Hal tersebut dilengkapi dengan pewarnaan yang begitu kental dengan warna abu.
Hasilnya ialah sebuah tampilan distopia yang sangat menakutkan. Film Children of Men garapan Alfonso Cuaron ini juga menampilkan beberapa teknik sinematografi yang begitu brilian. Salah satunya dengan penggunaan long take.
Di dalam sebuah adegan, Theo harus membawa Kee ke suatu tempat yang aman. Sedangkan di sekitar mereka terjadi peperangan antara Fishes dengan petugas. Kamera terus mengikuti pergerakan Kee dan Theo.
Setelah itu kamera bergerak menyoroti area sekitar mereka. Di sekitar terdapat orang-orang yang tiarap hingga terluka disebabkan karena tembakan. Tidak tanggung-tanggung, long take itu berjalan selama 6 menit.
Children of Men tidak hanya memuaskan dari segi cerita, namun juga sajian visualnya. Terutama untuk kalian yang menyukai cerita distopia, film ini mampu menyajikan distopia yang sangat dekat dengan realita.
Cuaron Menciptakan Masa Depan yang Lebih Rusak
Banyak terdapat film fiksi ilmiah menampilkan desain latar serta menunjukkan kemajuan teknologi yang menakjubkan. Namun bukan itu yang Alfonso Cuaron cari, dia membuat seolah film tersebut terjadi tahun 2027.
Tentunya 21 tahun lebih awal dari waktu pembuatan film itu sendiri. Cuaron memang secara khusus mencari masa depan yang bisa dikenali dan juga diabaikan oleh dunia.
Yang masa depannya tidak ada anak, itu berarti team departemen seni perlu melupakan naluri pertamanya. Di dalam wawancara bersama Brad Brevet , Cuaron juga menggambarkan pertemuannya dengan departemen seni.
Serta melihat gambar konsep ide dari mereka di film fiksi ilmiah lainnya yang sudah pernah mereka kerjakan sebelumnya. Mereka mampu menampilkan gadget keren dan juga mobil supersonic.
Namun Cuaron harus menolak semua itu, sebab film yang ada di pikirannya lebih mengingatkan. Pada beberapa negara yang dilanda perang dan juga pengungsi seperti Somalia, Irak.
Serta Sri Lanka, Irlandia Utara dan juga lokasi bencana nuklir yakni Chernobyl. Dia menggambarkan tampilan yang ia inginkan bukan sebagai imajinasi namun sebagai sebuah referensi dengan dunia yang dikenali penonton.