Primaradio.co.id – The monkey king akhirnya rilis juga, sebuah film animasi yang cukup menghibur ini menjadi salah satu rekomendasi bagi kalian. Terutama ketika bingung mau kemana, atau sedang malas keluar rumah.
Baca juga : Film Animasi Disney Terbaru 2023, Nantikan Kehadirannya
Pertunjukan karya Anthony Stacchi ini memang menghibur. Banyak adegan komedi, tetapi tidak menghilangkan unsur keseruan, sepanjang durasinya 96 menit penonton akan terhibur dengan berbagai adegan yang menyenangkan.
Ada satu hal paling menyenangkan dan berbeda dari adaptasi kera sakti ini dengan lainnya. Stephen Chow biasa kalian kenal sebagai seorang aktor terkenal. Ternyata ikut campur tangan sebagai seorang produser.
Selain itu, dalam film ini ada beberapa nama sudah ditunjuk untuk mengisi suara para tokoh seperti komedian Jimmy O. Yang, Stephanie Tsu, BD Wong sampai Bowen Yang.
Sinopsis Film The Monkey King
Cerita kali ini masih mengadaptasi kisah legendaris dari buku berjudul Journey to the west. Ada seekor kera ajaib terlahir dari sebuah batu, keberadaannya sangat mengganggu Raja kayangan sehingga ingin menyingkirkannya.
Sayangnya hal tersebut tidak diperbolehkan oleh Buddha yang mengatakan bahwa, suatu saat nanti makhluk kecil tersebut mempunyai takdir cukup besar. Keinginannya menjadi seorang dewa akhirnya membawa sebuah petaka.
Terlebih lagi The monkey king kecil tersebut mencuri tongkat sakti ajaib milik raja naga air suaranya diisi oleh Bowen Yang. Dalam memenuhi keinginannya kera tersebut mampu mengalahkan 100 penjahat.
Kemampuan serta tekadnya yang kuat membentuk pribadinya, penuh dengan ego. Hal tersebut ternyata menjadi kelemahan terbesarnya. Dalam perjalanannya untuk bisa setara dengan Dewa, monyet itu bertemu dengan gadis.
Namanya Lin pengisi suaranya adalah Jolie Hoang, menariknya keduanya melakukan perjalanan, berkat bantuan gadis itu Sang kera bisa mengatasi rintangannya. Bukan hanya itu The monkey king juga mengalami perubahan sikap.
Walaupun sempat membawa keonaran di dunia manusia dan kahyangan, sehingga Buddha harus turun tangan. Dalam perjalanannya Sang Kera mendapatkan banyak hal serta pelajaran berharga, yang bisa menjadi contoh para penonton.
Berkat Gadis itu pula Sang monyet akhirnya menemukan sesuatu hal yang selama ini tidak pernah ditemukan. Tentang bagaimana bersikap untuk rendah diri, kerja sama, serta mengerti benar bagaimana artinya kekuasaan itu.
Ulasan Lengkap Tentang Film The Monkey King
The monkey king sebenarnya merupakan kisah legenda yang selalu diceritakan turun-temurun, bahkan kisahnya selalu menjadi inspirasi para sineas. Generasi 90an pasti masih ingat bagaimana stasiun televisi menyiarkan serialnya.
Dari semua versi tersebut, proyek ini yang kita rasa kurang mengena. Karena penonton sendiri pasti sudah bisa mengembangkan sendiri bagaimana kisahnya dan unsur budayanya seperti apa.
Unsur budaya inilah yang sangat melekat dan disukai oleh penonton, sayangnya Anthony Stacchi sepertinya menghilangkan elemen tersebut. Entah unsur kesengajaan atau tidak tetapi, sepanjang 96 menit seperti biasa saja.
Bukan lagi kisah legenda melainkan cerita dari sebuah film animasi yang kisahnya hampir mirip. Jika penonton The monkey king segmennya sebagian besar untuk anak-anak, hal itu sangat disayangkan.
Karena sebuah film merupakan pengenalan sekaligus pembelajaran terbaik seseorang kepada seluruh penonton terutama generasi muda. Mungkin bila kedepannya membuat sekuel, harapannya bisa lebih baik lagi, dalam menceritakan legenda seperti ini.
Walaupun poin plusnya adalah Anthony berhasil memberikan gaya oriental yang cukup kental ke dalam animasinya. Untuk penonton luar negeri hal tersebut menjadi sangat menarik, sekaligus menjadi bahan pembelajaran.
Setelah melihat secara keseluruhan rasanya nilai 7 dari 10 adalah angka paling tepat untuk menggambarkan bagaimana keseluruhan pertunjukannya, Berikut ulasan lengkap dan alasan mengapa kita memberikan poin tersebut
Visualnya Juara Nomor Satu
Salah satu alasan mengapa film animasi The monkey king ini begitu menarik adalah teknik visualnya. Sejak detik pertama berjalan sampai ke akhir, penonton seperti dimanjakan dengan berbagai macam set lokasi.
Jika para penonton melihatnya melalui versi HD, pasti akan setuju kalau gambarnya penuh warna dan mengesankan. Setting tiap lokasi cukup detail, seperti suasana kahyangannya, penggambaran alam neraka dan para dewa.
Semuanya sangat detail, jadi tanpa harus ada pengenalan atau percakapan untuk menunjukkan di mana set lokasinya. Penonton sudah bisa menebaknya sendiri secara langsung, tingkat detailnya memang nyaris sempurna.
The monkey king menyampaikan seluruh kisahnya memakai gaya humor, hal itu sangat masuk dan cukup berhasil, terlebih tokoh utamanya selalu berceloteh dan hampir setiap menit. Sayangnya, gaya dialognya tersebut mengganggu.
Satu poin penting untuk pertunjukan ini adalah film Asia dan merupakan legenda dari Tionglok. Sayangnya caranya berdialog atau berkumpul satu sama lain memang bukan seperti di Tiongkok, melainkan negara barat.
Jadi tonenya terasa kurang pas saja, walau sebenarnya tidak mengubah pandangan secara signifikan. Tetapi, hal tersebut sangat sensitif, kalau diubah sedikit saja rasanya akan menjadi berbeda.
Selain itu penggunaan musiknya juga terasa kurang tepat di beberapa adegan. Sebenarnya tidak mempengaruhi perasaan penonton ketika melihatnya, tetapi kalau pemilihannya tepat pasti pengalaman menonton terasa berbeda.
