Asal Usul Nama Sunan Kalijaga dan Cara Dakwahnya

Primaradio.co.id – Sebagian besar dari kalian mungkin banyak yang belum tau asal usul nama Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga sendiri merupakan salah satu Wali Songo yang asalnya dari Tuban. 

Baca juga : 99 Asmaul Husna Arab & Latin Beserta Artinya Lengkap

Beliau terkenal karena sudah menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Sosoknya hingga kini masih dihormati umat Islam, terkhusus di Jawa. Sepanjang hidupnya, beliau pernah berperan di pemerintahan dan juga kerajaan. 

Selain itu beliau juga menjadi sosok yang disegani oleh masyarakat Muslim maupun non Muslim. Lantas nama Sunan Kalijaga sendiri dari mana? Kita akan membahasnya secara lengkap.

Asal Usul Nama Sunan Kalijaga

Sepanjang hidupnya, Raden Mas Syahid ini banyak memperoleh nama julukan atau sebutan. Antara lain seperti Sunan Kalijaga, Lokajaya, Syaikh Malaya, Abdurrahman serta Pangeran Tuban. Dan paling popular adalah Sunan Kalijaga.

  1. Diambil dari Nama Sebuah Desa

Di antara nama di atas, Sunan Kalijaga menjadi nama paling populer dan juga dikenal luas di Indonesia. Namun asal usul nama Sunan Kalijaga sebenarnya masih belum jelas. 

Mengenai hal tersebut ada beberapa pendapat yang dipercaya masyarakat. Pertama, nama Kalijaga sendiri diambil dari nama sebuah desa yang berada di Cirebon. Bahkan hingga kini di desa tersebut.

Masih ada petilasan Sunan Kalijaga, di antaranya seperti masjid dan juga monyet di sekitar sana. Bagi para warga setempat, banyaknya monyet yang ada di daerah masjid tersebut.

Dianggap mempunyai nilai sejarah, mitos, serta cerita mistik yang erat kaitannya dengan Sunan Kalijaga dan juga warga lokal. Jadi nama Kalijaga diambil dari desa tersebut.

  1. Diambil dari Bahasa Arab

Asal usul nama Sunan Kalijaga berikutnya diambil dari Bahasa Arab. Kalijaga sendiri dipercaya berasal dari bahasa Arab yakni Qadhi Joko. Sunan Kalijaga sendiri dikenal sebagai salah satu walisongo.

Yang menjadi qadhi di daerah Demak. Masyarakat Jawa, khususnya warga Demak, saat itu menyebut Sunan Kalijaga ini dengan nama Qadhi Joko atau Qadhi Joko Said.

Sebab saat itu masyarakat Jawa belum lancer untuk mengucapkan kata Qadhi Joko. Maka yang muncul ialah Kalijogo atau Kalijaga. Ketidakfasihan masyarakat Jawa mengucapkan bahasa Arab dapat dilihat dari kata-kata lain.

Yang asalnya dari ajaran Sunan Kalijaga, di antarnya seperti Kalimat Syahadat yang disebut dengan Kalimosodo. Kemudian kata Asyura disebut Suro, kata Maulid disebut Mulud dan lain sebagainya.

  1. Diambil Ketika Menjadi Murid Sunan Bonang

Asal usul nama Sunan Kalijaga selanjutnya diambil ketika Sunan Kalijaga menjadi murid Sunan Bonang. Nama Sunan Kalijaga berasal dari cerita pada waktu Sunan Kalijaga akan menjadi murid Sunan Bonang. 

Dalam kisah tersebut, Sunan Bonang diceritakan menancapkan tongkat miliknya di pinggir kali. Dan kemudian Sunan Bonang meminta Raden Syahid untuk menjaga tongkat tersebut selama bertahun-tahun. 

Setelah itu, Raden Syahid barulah mulai dikenal dengan sebutan Jogo Kali. Yang kemudian akhirnya berubahlah menjadi Kali Jogo atau Kalijaga. Dari situlah asal mula nama Sunan Kalijaga.

Keluarga Sunan Kalijaga yang Perlu Diketahui

Dalam buku karya Dr. Fairuz Sabiq, disebutkan Sunan Kalijaga memiliki 3 istri. Yaitu Siti Hafsah anak Sunan Ampel, Siti Zaenab anak Sunan Gunung Djati serta Dewi Saroh anak Maulana Ishak.

Setelah tadi kita telah membahas asal usul nama Sunan Kalijaga, kini kita akan membahas tentang silsilah keluarganya. Dari perkawinannya dengan Siti Zainab, dikaruniai 5 orang putra.

Yakni Ratu Pembayun Istri Sultan Trenggono, Nyai Ageng Penegak, Raden Abdurrahman, Sunan Hadi, serta Nyai Ngerang. Perkawinannya dengan Dewi Saroh dikaruniai 3 orang putra. Yakni Dewi Rukayah.

Serta Raden Umar Said atau Sunan Muria dan Dewi Sofiah. Sedangkan perkawinan dengan Siti Khafsah tidak diketahui memiliki keturunan atau tidak. Sunan Kalijaga mempunyai umur yang panjang.

Yakni 100 tahun lebih dan juga mengalami 4 masa pemerintahan kerajaan yang berbeda. Selain asal usul nama Sunan Kalijaga, kalian juga harus mengetahui 4 masa pemerintahan kerajaan Sunan Kalijaga:

  1. Pertama, masa kerajaan Majapahit yakni hingga tahun 1478 M. Pada waktu itu Sunan Kalijaga masih berusia muda dan dikenal sebagai putra dari bupati Tuban yakni Tumenggung Wilatikta.
  2. Kedua, pada masa Kesultanan Islam Demak yakni 1481 hingga 1546 M. Ketika itu Sunan Kalijaga berperan besar di dalam pembangunan masjid agung Demak.
  3. Ketiga, pada masa Kesultanan Pajang yakni 1546 hingga 1568 M. Peran Sunan Kalijaga ada pada kisah muridnya yakni Jaka Tingkir.
  4. Keempat, pada masa awal Mataram Islam di Yogyakarta yakni tahun 1580-an. Keterangan ini dapat kalian lihat di dalam buku Sunan Kalijaga (Biografi, Sejarah, Peninggalan, Kearifan, dan Pengaruh-Pengaruhnya).

Cara Dakwah Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga sendiri dikenal dengan cara dakwahnya yang memakai pendekatan seni serta budaya. Salah satunya memakai pertunjukan wayang yang waktu itu sangat digemari oleh masyarakat. 

Jika tadi kalian sudah mengetahui asal usul nama Sunan Kalijaga dan silsilah keluarganya, kini kita akan bahas cara dakwahnya. Strategi dakwah dengan menggunakan pertunjukan wayang pada saat itu berhasil.

Salah satunya alasannya karena pertunjukan tersebut tidak mematok harga bagi siapapun yang melihat. Tidak hanya wayang, beliau juga memakai bentuk seni lainnya. Di antaranya seperti ukiran, nyanyian, gamelan dan pakaian. 

Dalam seni ukir, perlahan beliau menggantikan ukiran hewan dan manusia dengan seni ukir dedaunan. Lalu pada seni gamelan, beliau menciptakan gong sekaten yang diberi nama Syahadatain.

Hingga saat ini masih ditabuh pada perayaan Maulid Nabi di sekitar halaman Masjid Agung Demak. Beliau juga menciptakan berbagai macam lagu seperti Lingsir Wengi, lir-Ilir, dan sebagainya. 

Dari seni pakaian, Sunan Kalijaga diyakini sebagai pencipta baju takwa, dengan ciri khas surjan dan blangkon. Penampilan yang dekat dengan rakyat tersebut menjadikannya mudah untuk diterima.

Dibandingkan dengan para wali lain yang berdakwah memakai jubah. Selain itu beliau juga menyisipkan beberapa falsafah Islam ke dalam nilai-nilai budaya setempat. Salah satunya ialah filosofi Urip Iku Urup.

Follow Primaradio.co.id untuk mendapatkan informasi teruptodate Disini