Sindrom Lycanthropy Merupakan Penderita Kenali Diri sebagai Serigala

Berkaitan dengan mental, sindrom lycanthropy menjadi salah satu kondisi yang lebih mengarah ke gangguan jiwa. Termasuk suatu sindrom delusi varian langka, yaitu pengidapnya menganggap dirinya merupakan hewan.

Baca juga: Fungsi Enzim Lipase pada Tubuh Manusia

Sebutan lainnya adalah lycomania, tetapi memang belum banyak penelitian yang berhubungan dengannya, bahkan dokter tidak paham penyebab pastinya. Mengingat tidak banyak kasus muncul, tetapi banyak dokumenter mengenai kondisi mental ini.

Sementara tidak ada standar khusus mengenai penyembuhan lycomania, perawatan hampir sama dengan kebanyakan kondisi serupa. Lebih detail mengenai kondisi ini, berikut adalah pengertian, penyebab, gejala, hingga pengobatannya.

Seputar Sindrom Lycanthropy dan Berikut Penyebabnya

Permasalahan klinis ini penyebabnya bisa karena efek dari penyakit neuropsychiatric, budaya, faktor sosial, hingga masalah fisik. Para ahli menyebutkan penyebab bisa beragam pada setiap kasusnya. 

Namanya sendiri berasal dari bahasa Yunani, berarti “Serigala” dan “Manusia”. Konsepnya mengacu ke perubahan bentuk manusia ke serigala, mengacu dari cerita mitologi dari beragam kebudayaan.

Menurut laporan tahun 2021 dari Cureus Journal of Medical Science, lycomania ini merupakan varian langka dari sindrom delusi. Khususnya saat seseorang bersugesti dirinya sebagai hewan atau telah bertransformasi menjadi hewan.

Beberapa ahli berspekulasi bahwa penyebab sindrom lycanthropy ini adalah delusional misidentification syndromes (DMS). Merupakan kumpulan penyakit yang menyebabkan orang tidak mengenali objek familiar, atau percaya bahwa objek tersebut bertransformasi.

Ahli lain berspekulasi apabila kondisi ini karena culture-bound syndrome. Merupakan penyakit mental yang terbentuk karena budaya atau norma di sekitarnya. DMS bisa muncul ketika kalian mengalami hal berikut.

  1. Keracunan obat
  2. Penyakit serebrovaskular
  3. Trauma karena luka otak
  4. Dementia
  5. Delirium
  6. Kejang otak

Pengidap sindrom lycanthropy ini memiliki beberapa hal yang sama juga. Termasuk beberapa masalah mental utama seperti bipolar disorder, schizophrenia, serta beberapa depresi psikotis. Mungkin juga mengalami epilepsi.

Penelitian berspekulasi penyebab lain kemungkinan karena adanya ketidakseimbangan antara otak dan gambaran diri. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana kondisi berhubungan dengan penyebab lain, termasuk:

  1. Perasaan atau sensasi medis yang sulit dijelaskan (cenesthopathy), misal pikiran bahwa ada kawat pada mulut kalian.
  2. Permasalah dalam memproses informasi dari panca indera.
  3. Kelainan pada otak sebelah kanan.
  4. Apnea tidur.
  5. Siklus bulan yang memengaruhi pola tidur manusia.

Gejala yang Muncul pada Penderita Lycomania

Seseorang yang mengalami sindrom lycanthropy menyebutkan bahwa ada saat ketika mereka mengenali diri sebagai manusia. Namun akan mendapatkan perasaan juga bahwa mereka merupakan hewan. Selain itu, berikut gejala lycomania lainnya.

  1. Mengklaim adanya perubahan pada fisik ketika melihat ke cermin, misal gigi memanjang, hingga tumbuh cakar atau bulu.
  2. Membuat kegiatan maupun suara mirip hewan, misal mengaum, menggeram, melolong, maupun suara hewan lain tanpa sadar di depan umum.
  3. Berlari maupun berjalan memakai tangan dan kaki dengan bersamaan.
  4. Melakukan tindakan kasar ke lingkungannya, karena menganggap dirinya sebagai binatang liar dan buas.
  5. Gejala penderita sindrom lycanthropy lainnya adalah memakan daging mentah hingga darah, layaknya hewan buas untuk memuaskan nafsu dan laparnya.

Pada salah satu kasus, penderita mengklaim dirinya menjadi hewan lain (bukan hanya serigala), sebelum menyadari kalau mereka adalah manusia. Kasus lain juga menunjukkan penderita menganggap orang lain bertransformasi juga.

Kasus kelainan langka ini banyak dokumentasinya pada zaman dahulu, termasuk dari Dr. Jan Dirk Blom. Blom sendiri merupakan psikiater dari Belanda yang mendokumentasikan lycomania sekitar era 1850.

Pada era tersebut, kasus lycomania tercatat hingga 56 jumlahnya, seperti yang tercatat dalam Live Science. Namun memang gejala tersebut semakin jarang muncul seiring perkembangan zaman.

Menurut ahli, hal ini memiliki kaitan dengan pola hidup manusia yang membaik. Misalnya dari segi kesehatan, pendidikan, ekonomi, sampai perkembangan obat-obatan untuk mengatasi tekanan mental.

Siapa yang Berpotensi Besar Terkena Sindrom Lycanthropy dan Bagaimana Perawatannya?

Berdasarkan catatan penelitian, sejak tahun 1852 sampai 2020 terdapat 43 kasus berhubungan dengan lycanthropy dan cynanthropy. Hampir mirip, cynanthropy mengacu ke kondisi seseorang yang menganggap dirinya adalah anjing.

Keduanya merupakan gangguan mental yang masuk ke golongan zoanthrope (menganggap dirinya hewan). Lantas siapa yang berpotensi terkena sindrom ini dan bagaimana penangannya? Di bawah ini kita bahas mengenainya.

Siapa yang Berpotensi Terkena Lycomania?

Penelitian menyebutkan apabila sindrom lycanthropy dapat terjadi saat seseorang berusia muda mengalami psikosis episode pertama. Merupakan suatu kondisi mental saat kalian merasa putus asa menghadapi kenyataan.

Namun tidak semua kasus tersebut bisa terhubung dengan penyakit mental. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami epilepsi. Sedangkan penderita lain penyebabnya karena obat halusinogen atau konsumsi minuman beralkohol.

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti mengambil kasus lycomania dari Amerika Serikat, Turki, Eropa Barat, Iran, serta India. Peneliti menemukan bahwa siapa saja, dari belahan dunia manapun, berpotensi mengidap kondisi ini.

Penyembuhan Penderita Lycomania?

Sementara itu penyembuhan sindrom lycanthropy berbeda pada setiap kasusnya. Doktor mungkin akan memberikan kalian anti depresan atau pengobatan untuk mengatur suasana hati, khususnya kalau kalian mengidap depresi.

Dokter juga mungkin memberikan obat antipsikotik. Nantinya gejala akan membaik seiring berjalannya waktu pengobatan. Penelitian berhubungan dengan apnea tidur menyimpulkan bahwa dokter harus mencari masalah neurologis pada gejala lycomania.

Menurut laman The Healthy Journal, saat ini belum tersedia metode penyembuhan efektif untuk kondisi tersebut. Mengingat terdapat kaitan dengan skizofrenia, penderita bergejala delusi hingga halusinasi.

Sampai saat ini skizofrenia juga belum terdapat obat medis untuk menyembuhkannya, Perawatan hanyalah berupa terapi medis, berfungsi menekan tingkat delusi. Sehingga penderita tenang ketika mengalami halusinasi.

Follow Primaradio.co.id untuk mendapatkan informasi teruptodate Disini