Sejarah Gedung Arsip Nasional dari Hindia Sampai Sekarang

Sejarah Gedung Arsip NasionalSejarah Gedung Arsip Nasional merupakan tempat bersejarah yang menjadi saksi bagaimana perjalanan negeri ini. Ada banyak catatan penting tersimpan dengan baik sehingga, saat kalian datang bisa langsung membacanya.

Baca Juga : Blackpink Tampil di Gedung Putih dengan Lady Gaga, Ternyata Ada Miskomunikasi

Bangunan ini sendiri pertama kali didirikan pada tahun 1760 oleh Reinier de Klerk. Lelaki ini bukan hanya sebagai seorang arsitek saja, tetapi pada tahun 1777 menjadi Gubernur Jenderal VOC.

Setelah berdiri digunakan sebagai rumah Reinier de Klerk. Seiring waktu berjalan, bangunan tersebut mengalami pemindahan kepemilikan beberapa kali, bahkan pada abad ke 9 pernah menjadi panti asuhan.

Perjalanan Sejarah Gedung Arsip Nasional

 

Dalam perjalanannya bangunan tersebut terbengkalai dan mulai menunjukkan kerusakan. Hingga akhirnya pada tahun 1920 dibeli oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menyimpan semua arsip baik administrasi sampai pengetahuan.

Sebelum menjadi hak miliknya, Hindia Belanda sebenarnya sudah mendirikan Landsarchief pada 28 Januari 1892. Fungsinya sebagai lembaga untuk mengurus masalah kearsipan ini, sayangnya belum punya gedung khusus.

Karena Rumah Reinier de Klerk kosong dan tak terawat, akhirnya beberapa petinggi memutuskan untuk melakukan renovasi. Akhirnya pada 1920, bangunan tersebut selesai dan diberi nama Algemeen Rijksarchief.

Sejarah Gedung Arsip Nasional ini terus berlanjut, terutama pada saat masa kemerdekaan. Landsarchief mendapatkan tugas untuk mengamankan semua data peninggalan agar tetap aman dan terlindungi dengan baik.

Maka dari itu, pemerintah Hindia Belanda membuat Archief Ordonantie. Dalam terbitan tersebut menjelaskan bahwa semua catatan tersimpan tersebut adalah milik pemerintah dengan batas maksimal selama 40 tahun.

Bila ada yang usianya lebih dari itu maka akan mendapatkan perlakukan khusus. Salah satunya dikembalikan ke lembaga tersebut agar di dokumentasi dengan perlakuan berbeda,sejarah Gedung Arsip Nasional terus berlanjut

Masa Pendudukan Jepang

Setelah Belanda menyerah kalah pada perang dunia pertama, dan Indonesia dijajah oleh Jepang. Bangunan ini masih terus dimanfaatkan sebagai penyimpanan beberapa catatan penting, fungsi dan tata kerjanya masih sama.

Tetapi ada perubahan pada namanya, jika sebelumnya adalah Landsarchief sekarang menjadi Kobunsyokan. Kepemimpinannya langsung oleh Departemen pendidikan dan kebudayaan Jepang, sayangnya pada masa ini tidak terawat.

Sejarah Gedung Arsip Nasional ketika Jepang menjajah seperti tidak berfungsi dengan baik. Tingkat penyimpanannya sangat rendah, berbeda dengan masa Belanda, hal tersebut terjadi karena beberapa faktor.

  • Jepang lebih mementingkan militer dibandingkan kepentingan warga sipil
  • kelangkaan kerta dan tinta untuk menulis, karena pada masa itu komputer belum ditemukan
  • Kekurangan tenaga kerja, akibat kebijakan seluruh pegawai landsarchief masuk dalam kamp tawanan.

Walau begitu, sejarah Gedung Arsip Nasional tetap tercatat sebagai lokasi paling penting terutama bagi pegawai landsarchief. Karena dari data tersebut bisa bebas asalkan terbukti keturunan orang Indonesia.

Selain itu Kobunsyokan tetap memiliki catatan yang bagus. Karena para pegawainya melakukan perawatan, memindahkan beberapa catatan itu ke luar Jakarta agar lebih aman, dan fumigasi agar terbebas dari hama.

Pasca Kemerdekaan dan Agresi Militer

Sejarah Gedung Arsip Nasional tercatat tidak pernah berubah fungsi pada masa kemerdekaan Republik Indonesia dan Agresi Militer Belanda. Setelah, Soekarno menyatakan negeri ini merdeka bangunan ini semakin menunjukan eksistensinya.

Bahkan tidak pernah berubah sama sekali, termasuk tata cara, aturan, sampai dengan bagaimana merawatnya. Semua masih terus berlaku karena menganggap teknik itu masih bagus serta cocok untuk pengarsipan.

Tetapi semua itu berubah ketika Agresi Militer Pertama, negeri kincir angin tersebut sempat menduduki gedung ini. Bahkan memanfaatkannya untuk menyimpan segala dokumen sekaligus mengganti nama Lembaga Arsip dengan Landsarchief.

Pada waktu itu pemimpinnya adalah Prof.W.Ph. Coolkhas sampai pembentukan Republik Indonesia Serikat. Hingga pada akhirnya pada 1949, Belanda mengakui kedaulatan RI, gedung ini akhirnya dikembalikan.

Masa Orde Baru

Sejarah Gedung Arsip Nasional berlanjut ke masa orde baru, pada waktu itu bangunan terlihat sudah terlalu tua dan kurang layak. Akhirnya pemerintah melakukan pembangunan ulang hingga akhirnya selesai pada 1972.

Pada waktu itu perancang pembangunan kembali adalah R. Soedjono. Lelaki tersebut membuatnya dengan gaya modern pada masanya, terlihat gedung tersebut memiliki dua lantai dengan luas 12 ribu meter persegi,

Fungsi lantai pertama untuk ruang pengarsipan, sementara pada lantai kedua berfungsi sebagai ruang publik, rapat sampai perpustakaan. Jadi siapa saja bisa mengadakan acara sesuai dengan kapasitasnya.

Masa Orde Baru, hampir semua catatan data dari berbagai lembaga dan badan pemerintah menyimpannya di sini. Bukan hanya itu, pihak swasta juga turut melakukannya, bahkan sampai pihak militer.

Hal menarik yang terjadi pada masa ini adalah, gedung tersebut mengalami beberapa renovasi. Kondisi tersebut bertujuan agar ruang penyimpanannya lebih luas, karena banyak catatan harus masuk.

Bukan hanya itu, untuk menumbuhkan minat pengunjung agar bersedia datang dan mengingat kembali sejarah masa lalu. Pemerintah juga memoles desainnya sedemikian rupa, sehingga terlihat lebih kekinian serta menarik.

Orde baru menjadi kebangkitan dari tempat ini, karena kepemimpinannya bukan lagi dari pemerintahan, melainkan langsung ke kementerian terkait. Tugasnya untuk melengkapi, merawat dan melakukan perluasan agar lebih bagus lagi.

Follow Primaradio.co.id untuk mendapatkan informasi teruptodate Disini