Kecanggihan Satelit Satria 1 Menjadi Kebanggaan Indonesia!

Di tahun 2023 ini Indonesia menambahkan catatan prestasi dengan hadirnya Satelit Republik Indonesia (Satria) pada 18 Juni 2023 lalu, sehingga kecanggihan satelit Satria 1 ini tentu menarik perhatian kita semua.

Baca juga: Gunung Bawah Laut Ditemukan di Sekitar Flores Masih Aktif

Satelit dengan nama resmi Satelit Nusantara Tiga ini meluncur dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Di mana ia merupakan yang terbesar di Asia dan peringkat keenam dunia, yang kapasitasnya sekitar 150 Gbps.

Jika kalian penasaran mengenai pengertian hingga kecanggihan satelit Satria 1 ini, silahkan simak penjelasan lengkapnya melalui artikel di bawah!

Pengertian dari Satelit Satria 1

Pengertian dari Satelit Satria 1

Sebelum mengetahui berbagai kecanggihan satelit Satria 1 tersebut, kalian harus mengenali dulu salah satu proyek besar Indonesia di tahun 2023 ini. Satria 1 adalah satelit tercanggih pertama yang kepemilikan dan kendalinya berada penuh di tangan Pemerintah Indonesia. 

Benda ini merupakan buatan Thales Alenia Space, Prancis tahun 2020 yang memanfaatkan teknologi VHTS (Very High Throughput Satellite) dengan kapasitas mencapai (VHTS) 150 Gbps dan frekuensi Ka-Band. 

Tingginya mencapai 6,5 meter dan bobot sekitar 4,5 ton. Kemampuan operasinya mencapai 15 tahun sejak pertama kali mengorbit.

Nah, untuk pengoperasian agar kecanggihan satelit Satria 1 tersebut bermanfaat bagi banyak penduduk Indonesia, maka pemerintah melalui Kominfo dan BAKTI telah menunjuk PT Pasifik Satelit Nusantara.

Kolaborasi tersebut memanfaatkan mekanisme Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan SNT yang fungsinya menjadi berfungsi Badan Usaha Pelaksana (BUP).

Seusai peluncuran nya, Satria 1 akan melakukan EOR (Electric Orbit Raising) sekitar 145 hari setelah terjadinya pemisahan satelit dari kendaraan peluncur dengan posisi orivit 146 Bujur Timur.

Pada posisi orbit tersebut Satria 1 ini akan mengikuti berbagai rangkaian tes, misalnya In Orbit Testing (IOT), In-Orbit Acceptance Review (IOAR), serta End-to-End Test (E2E Test), demi memastikan kinerja hingga kecanggihan satelit Satria 1 tersebut makin optimal.

Lalu berdasarkan rencananya, pada Desember 2023 mendatang, Satria 1 tersebut akan ready to service atau siap beroperasi, yang kemudian akan terhubung dengan stasiun bumi. Setelah itu akan siap terhubung dengan RTGS (Remote Terminal Ground Segment) pada lokasi layanan publiknya.

Untuk pengendali di bumi, Kominfo dan BAKTI telah menyiapkan sebelas gateway atau stasiun bumi. 

Stasiun tersebut berada di Batam (Kepulauan Riau), Cikarang (Jabar), Pontianak (Kalbar), Banjarmasin (Kalsel), Tarakan (Kaltara), Manado (Sulut), Ambon (Maluku), Kupang (NTT) Manokwari (Papua Barat), Jayapura (Papua), serta Timika (Papua Tengah).

Semua kecanggihan satelit Satria 1 hadir karena pemerintah sedang berusaha melakukan penguatan terhadap layanan digital dan jaringan internet pada 150 ribu titik, terutama pada kawasan 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Dengan begitu, berbagai kegiatan untuk tujuan pendidikan, percepatan pelayanan publik di daerah, puskesmas, rumah sakit, serta pengawasan wilayah oleh pihak TNI dan Polri.

Pengawasan Satria 1 oleh PTSI (PT Surveyor Indonesia)

Dalam proyek ini PTSI merupakan satu-satunya pengawas independen dari BUMN. Penunjuknya menjadi KPI (Konsultan Pengawas Independen (KPI) oleh Kominfo-BAKTI. Lalu ada juga SNT (PT Satelit Nusantara).

Keduanya menjadi pengawas, mulai pada proses desain, pembangunan, hingga operasional. Tidak hanya itu, perseroan tersebut fungsi utamanya adalah menjadi sarana dalam pemantauan, pengontrolan, hingga menyelaraskan saat pengadaan proyek ini.

Bahkan mereka juga ikut dalam pengawasan Gateway Hub, terminal referensi, hingga berbagai dukungan lain agar hasil akhir dari proyek berjalan efisien, tepat waktu, hingga maksimal dari berbagai aspek.

Selama menjalankan tugas tersebut PTSI melakukan konsorsium dengan Hise Inc selaku Konsultan Asing asal Amerika. 

Konsorsium tersebut terjadi karena Hise Inc sudah sangat paham dan berpengalaman dalam bidang Space Segment Satellite serta teknologi yang digunakan sekarang, HTS (High Throughput Satellite).

Manfaat kehadiran PTSI ini selaku pengawas independen adalah untuk membantu pemerintah dan PT SNT agar bisa meningkatkan layanan publik dan turut memberikan kontribusi pada perkembangan infrastruktur digital karena pemerataan konektivitas.

5 Kecanggihan Satelit Satria 1

Setelah memahami latar belakangnya, kita akan masuk pada berbagai kecanggihannya, di antaranya adalah:

Menghadirkan Layanan Internet hingga di 50 Ribu Titik

Berdasarkan suatu studi dari BAKTI Kemenkominfo 2023, kecanggihan satelit Satria 1 yang pertama dengan kapasitas 150 Gbps ini adalah kemampuannya menyediakan layanan internet pada 50 ribu titik fasilitas publik.

Kecepatan internet di setiap titik perkiraannya mencapai 4 Mbps, yang mana naik naik dari perhitungan awal 2018 lalu, saat perintisan nya, karena mengusung kecepatan 1 Mbps di setiap titik.

Bantu Percepat Transformasi Digital

Menurut Hary Budianto selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkominfo, Satria 1 ini mampu menjadi solusi dalam tindakan penginklusian masyarakat untuk digitalisasi, terutama pada bidang ekonomi digital dan edukasi.

Sektor-sektor Pelayanan Publik Dapat Ikut Menikmati

Ketersediaan layanan internet akan berjalan dengan baik pada sektor pelayanan publik, misalnya pada fasilitas pendidikan, kesehatan, TNI, Polri, hingga kantor pemerintah daerah.

Follow Primaradio.co.id untuk mendapatkan informasi teruptodate Disini