Mie Lethek Goreng adalah Mie Ndeso Khas Bantul yang Bikin Nagih

Belakangan banyak orang yang menanyakan wisata kuliner seperti mie lethek goreng. Indonesia dengan beragam suku dan tradisi membuat makanan khas daerah semakin banyak tersedia, mulai dari minuman dan makanan ringan hingga makan malam besar. 

Baca juga : Rekomendasi Aplikasi Kuliner Terbaik di Indonesia yang Wajib Punya

Mie lethek merupakan makanan khas daerah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Pecinta kuliner, sudah pernah mendengar tentang mie lethek belum? Perlu kita ketahui bahwa mie olahan ini tidak seperti mie lainnya! 

Apa yang membedakan mie lethek dengan jenis mie lainnya? Simak postingan kali ini untuk review mie lethek asli Bantul ini.

Napak Tilas Sejarah Mie Lethek Khas Bantul

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sejarah mie lethek goreng yang terkenal dengan warna kusam khas Bantul, Yogyakarta ini.

Seperti yang kita tahu, produksi mie lethek ada di Desa Trimurti, Srandakan, Yogyakarta. Keluarga Yassir Feri, generasi ketiga dari pabrik mie lethek, sudah puluhan tahun mengelola mie lethek cap Garuda.

Umar Bisyir adalah seorang keturunan Yaman Timur Tengah yang berimigrasi ke Indonesia pada pertengahan tahun 1920-an. Umar Bisyir pergi ke Wedi Kengser (sungai kering), atau yang sekarang dikenal sebagai Dusun Bendo, atas rekomendasi temannya, KH. Bakir Saleh. Niat aslinya hanyalah untuk berkhotbah.

Umar Bisyir menemukan bahwa penduduk Dusun Bendo lebih membutuhkan makanan daripada uang. Alhasil, ia berinisiatif mendirikan pabrik mie. Mie lebih populer di kalangan orang Tionghoa pada saat itu. Dengan bekal ilmunya, Umar secara bertahap mendirikan pabriknya.

Dia juga memproduksi alat-alatnya sendiri, seperti pengepres, silinder, dan mesin gerinda yang ditenagai oleh ternak. 

Ubi kayu atau ketela pohon saat itu melimpah karena sebagian besar masyarakat di sana bertani ketela pohon. Alhasil, Umar Bisyir menyiapkan mie dengan bahan seperti tapioka dan singkong.

Pabrik Berdiri Sejak Tahun 1940

Umar Bisyir menjalankan kegiatan tersebut dari tahun 1940 hingga 1970. Tongkat estafet tersebut kemudian diserahkan kepada orang tua Yassir Feri hingga tahun 1982.

Pabrik ini kemudian ditutup hingga tahun 2002. Meninggalnya ayah Feri yang diikuti dengan masuknya mie instan membuat mie lethek kalah bersaing di pasaran.

Untungnya, Yassir Feri telah meneruskan sejarah keluarganya sejak tahun 2002. Ia juga menggunakan bahan-bahan alami yang tidak diwarnai atau diawetkan, dan membuat mie lethek goreng dengan cara kuno.

Selain mie lethek Cap Garuda milik keluarga Yassir Feri, Bantul, Yogyakarta setidaknya kini memiliki beberapa perusahaan mie lethek tambahan. Mie Lethek Cap Busur Panah bisa ditemukan di Dusun Bendo. Sedangkan pabrik mie Cap Dokar Lethek ada di Dusun Gunturgeni.

Tidak sulit menemukan warung di Yogyakarta yang menyediakan mie lethek sebagai bahan utamanya. Ya, mie mirip bihun ini bisa diolah menjadi sederet kuliner lezat seperti mie goreng, mie godog, dan lain sebagainya.

4 Fakta Menarik Mie Lethek Goreng

Setelah mengetahui sejarah mie lethek, kita akan membahas fakta-fakta menarik dari mie tersebut. Diantaranya adalah: 

Mie Lethek Goreng dengan Olahan Mie Lokal dengan Cita Rasa Unik

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, mie lethek yang biasa dikenal dengan mie lethek merupakan kuliner khas Bantul yang sudah menjadi kuliner khas Yogyakarta. 

Sepintas, mie asli berwarna-warni ini mirip bihun namun lebih berwarna dan berukuran tebal. 

Dalam bahasa Jawa “Lethek” berarti “Membosankan” atau “Kotor”. Warna mie lethek yang berwarna abu-abu kecokelatan menjadi inspirasi nama mie lethek goreng. 

Namun, warna mie tersebut disebabkan oleh bahan yang digunakan, bukan teknik pembuatannya yang tidak sehat.

Menurut masyarakat Bantul, seseorang dari Yaman, Timur Tengah, telah membuat mie lethek Jogja sejak tahun 1920. Makanan lokal Mi lethek tercipta karena kepedulian terhadap kebutuhan pangan warga Bantul yang saat itu sedang kekurangan pasokan.

Rasa yang diciptakan oleh mie ini berbeda dengan mie lainnya. Setiap helai mie lethek lebih kenyal dari mie biasa. Apakah kalian tertarik untuk menikmati kuliner lokal satu ini?

Proses Pembuatan Mie Lethek Goreng

Pembuatan mie lethek masih merupakan teknik yang sangat tradisional dan mendasar yang belum memanfaatkan teknologi canggih saat ini.

Bahan dasar mie ini digiling terlebih dahulu dengan menggunakan batu besar yang didorong secara manual oleh manusia atau dengan bantuan hewan seperti sapi atau kerbau. Warga Bantul menyebut proses ini sebagai nyelender.

Setelah melalui proses nyelender, adonan mie direbus dalam air dalam oven berbahan bakar kayu. Selanjutnya mie bisa dibentuk dan dijemur. Akhirnya mie lethek goreng bisa dikemas dan didistribusikan ke pasar terdekat oleh pabrik.

Mie Lethek Goreng Cocok Dijadikan Sebagai Menu Diet

Karena mengandung bahan yang sehat, mie lethek bisa dijadikan salah satu variasi menu diet sobat kuliner. Komponen penting yaitu tepung tapioka dan singkong membuat resep mie ini bebas gluten dan bermanfaat bagi tubuh.

Selain itu, campuran tepung tapioka dan singkong ini berkhasiat karena membantu membangun tulang dan stamina. Tidak heran, meski sederhana, mie asli ini tetap populer di kalangan masyarakat Indonesia.

Kalian bisa mengolah mie lokal ini dengan pelengkap lainnya seperti ayam atau sayuran agar menu diet tidak monoton. Bakmi Jawa dengan mie lethek memiliki 101 kalori, 7,4 gram lemak, dan 6,7 gram protein per porsi.

Follow Primaradio.co.id untuk mendapatkan informasi teruptodate Disini