Niat Puasa Syaban (Arab, Latin, Terjemahan) & Tata Caranya

Bulan Syaban adalah bulan di antara bulan haram Rajab dengan bulan mulia Ramadhan. Syaban adalah bulan dimana Rasulullah banyak berpuasa di dalamnya selain bulan Ramadhan. Berpuasa di bulan Syaban dengan niat puasa Syaban yang benar akan memberikan banyak hikmah dan kebaikan bagi kita.

Melaksanakan puasa di bulan Syaban bernilai sunnah dan Allah akan memberi pahala yang besar kepada siapa saja yang berpuasa di dalamnya. Bulan Syaban dijadikan Allah bernilai istimewa dengan banyaknya peristiwa besar hingga keutamaan bulan Syaban yang diberikan di bulan tersebut.

Pedoman Tata Cara Puasa Syaban Lengkap

Pedoman Tata Cara Puasa Syaban Lengkap

Puasa Syaban adalah puasa sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh kaum Muslimin pada bulan Syaban. Puasa ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan memiliki banyak hikmah di dalamnya. Agar puasa yang dilakukan benar, maka harus diketahui tata cara yang benar,

1. Bacaan Niat Puasa Syaban

Sebenarnya tidak ada aturan khusus mengenai bagaimana bacaan niat puasa Sya’ban Arab yang benar. Anda bisa mengucapkan niat puasa sunnah dalam Bahasa Indonesia atau bahasa apapun yang dikuasai selama niat tersebut ditujukan untuk keridhoan Allah semata.

Berikut adalah lafal niat puasa Syaban:

نَوَيْتُ صَوْمَ شَعْبَانَ لِلّٰهِ تَعَالَى

Jika Anda sulit untuk membaca lafadz dalam bahasa Arab, berikut bacaan doa niat puasa Syaban latin:

Nawaitu shauma sya’bana lilahi ta’ala

Arti: “Saya niat puasa Sya’ban karena Allah ta’ala.”

Anda bisa membaca niat puasa Sya’ban Arab dan artinya dengan cara dilisankan atau diucapkan secara langsung. Namun jika niat ingin diucapkan di dalam hati juga diperbolehkan. Para ulama sendiri bersepakat bahwa niat termasuk bagian dari rukun puasa.

2. Waktu untuk Berniat Puasa

Sebagaimana diketahui, bahwa puasa Syaban termasuk ke dalam puasa sunnah bukan puasa wajib. Oleh karena itu, syarat untuk meniatkan puasanya berbeda dengan puasa wajib seperti puasa Ramadhan.

Untuk menjalankan puasa Ramadhan maka seseorang harus berniat puasa di malam harinya dimulai dari ba’da maghrib hingga terbit fajar.

Sementara untuk puasa sunnah seperti niat puasa Syaban, maka tidak terdapat aturan khusus terkait waktu untuk meniatkan puasa. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ustadz Muhammad Saiyid Mahadhir dari Rumah Fiqh Indonesia.

Oleh karena itu, apabila seseorang baru berniat untuk puasa sunnah Syaban ketika matahari sudah terbit, puasa sunnahnya tetap sah. Syaratnya sederhana, yakni orang tersebut belum makan atau minum apapun semenjak azan subuh berkumandang.

Terkait niat puasa sunnah ini bisa dilihat dari hadist niat puasa melalui riwayat Aisyah radiallahu anha berikut:

Dari ‘Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau berkata, “Apakah kalian memiliki sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.” Beliau pun berkata, “Kalau begitu saya puasa saja sejak sekarang.”

Kemudian di hari lain beliau menemui kami, lalu kami katakan pada beliau, “Kami baru saja dihadiahkan hays (jenis makanan berisi campuran kurman, samin dan tepung).” Lantas beliau bersabda, “Berikan makanan tersebut padaku, padahal tadi pagi aku sudah berniat puasa.” Lalu beliau menyantapnya. (HR. Muslim no. 1154).

Faidah hadist di atas adalah puasa sunnah dapat diniatkan pada pagi hari. Puasa sunnah tidak diharuskan untuk tabyiytun niat atau berniat sejak malam hari.

3. Menahan Diri dari Berbagai Pembatal Puasa

Rukun puasa Syaban selanjutnya adalah menahan diri dari semua pembatal puasa sejak terbit fajar shodiq sampai matahari terbenam. Rukun puasa satu ini sebenarnya berlaku untuk semua puasa baik puasa wajib dan sunnah. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S Al Baqarah ayat 187.

Dalil Keutamaan Puasa Sya’ban

Dalil Keutamaan Puasa Sya’ban

Ada banyak dalil dari hadist Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam yang menerangkan keutamaan niat puasa Syaban. Bulan Syaban sendiri merupakan bulan kedelapan dalam kalender Hijriah yang sering orang lalaikan karena berada di antara Rajab dan Ramadhan.

1. Berpuasa Ketika Diangkatnya Amal

Di dalam sebuah hadist riwayat An-Nasa’i dan riwayat Ahmad serta sanadnya dihasankan oleh Syekh Al Albani, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menerangkan mengapa beliau melaksanakan puasa di bulan Syaban.

“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.”

Bulan Syaban merupakan bulan diangkatnya amal manusia selama satu tahun ke hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Karena amal hidup kita sedang diangkat ke langit, maka tentu akan lebih baik jika saat itu kita sedang dalam kondisi berpuasa.

2. Puasa Paling Utama Setelah Puasa Ramadhan

Bulan Syaban dikenal sebagai bulannya persiapan untuk memasuki bulan Ramadhan yang mulia. Kaum muslimin sangat dianjurkan untuk melatih diri di bulan Syaban dengan berbagai amal-amal ketaatan mulai dari puasa, ibadah sholat, sedekah dan sebagainya.

Bulan Syaban merupakan bulan yang paling mulia untuk melaksanakan puasa sunnah menjelang bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadist riwayat Tirmidzi yang disampaikan shahabat Anas bin Malik radiallahu anhu, beliau bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tentang puasa apa yang paling utama.

Follow Primaradio.co.id untuk mendapatkan informasi teruptodate Disini